Jumat, 19 Agustus 2011

Catatan : Mendidik Anak metode Luqman Al Hakim

Oleh : Ustadzah Ani Kartika

Anak adalah harta paling berharga untuk kedua orang tua yang sekaligus merupakan amanah dan fitnah. Saat ini banyak terjadi tawuran dan perkelahian massal, maka boleh jadi kesalahan berawal dari rumah. Tugas orang tua terutama ibu untuk mendidik anaknya.

Al Qur'an mengajarkan kita melalui teladan seorang yang shaleh yaitu Luqman Al Hakim yang namanya diabadikan dalam Surah Luqman (31).  Allah  SWT berikan hikmah kebijaksanaan kepadanya. Hikmah adalah pengetahuan dan kekayaan bathin yang luas dan kecerdasaan sehingga patut kita teladani.

Pengajaran penuh hikmah itu terdapat dalam QS Luqman ayat 12-19 sebagai berikut :


12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Pelajaran yang dapat kita petik dari ayat-ayat diatas antara lain :

Modal utama sebagai orang tua adalah BERSYUKUR. Apapun kekurangan anak, tentu sebagai orang tua kitapun punya kekurangan. Perkembangan apapun yang di lakukan anak pujilah. Contoh : ketika anak mendapat nilai 6, katakan alhamdulillah dapat 6 besok semoga dapat nilai lebih baik. Rasa syukur itu akan kembali kepada kita. Allah tidak butuh syukur, kita lah yang butuh. 

Dengan bersyukur hati terasa lapang, masalah apapun akan selesai pada waktunya. Percayalah, setiap duri yang menancap di kaki kita, setiap musibah yang kita terima adalah penghapus dosa-dosa kita dimasa lalu. Persoalan apapun yang kita terima, berarti Allah yakin bahwa kita mampu menyelesaikannya. Kalau Allah saja percaya pad kita, masa kita tidak? Allah memberi masalah karena ingin kita mengerahkan segenap kemampuan untuk berubah menjadi lebih baik.

Sebagai ibu bekerja yang berangkat pagi pulang sore, berikan hak anak untuk mendapat perhatian. Ketika pulang dari kantor, berikan senyuman terindah kepada anak. Anak perlu diajak berbicara tentang berbagai hal, seperti makanan kesukaannya, hobinya dan lain-lain. Kebiasaan orang tua bila berbicara dengan bahasa instruksi, dan itu tidak akan didengar anak. 

Yang harus kita tanamkan adalah kesadaran, bukan instruksi, bukan larangan dan bukan pula perintah. Semarah apapun kita, tidak perlu berteriak. Gunakan kalimat yang paling santun, seperti : Anakku sayang atau Ya bunayya seperti pada ayat diatas. Kepada atasan kita bisa bersikap santun, padahal kepada Anaklah prioritas utama kita bersikap santun.

Ajarkan untuk menghormati orang tuanya, Ajarkan adab dan sopan santun pada siapapun. Walaupun berbeda keyakinan namun harus tetap menjaga sopan santun.

Ajarkan untuk tidak bersikap sombong serta tidak menganggap rendah orang lain. 
Contoh : ketika anak punya mainan dan ingin dipamerkan, tanyakan anak apabila ada teman yang ingin meminjam bolehkah ? Bila anak menjawab tidak, katakan dengan lemah lembut kalau begitu main didalam rumah saja. Bila anak menjawab boleh, maka biarkan dan dampingi agar anak mampu berbagi dengan sesama teman.

Ajarkan untuk bersikap taat kepada orang tua namun dalam batasan syariat agama, bila bertentangan dengan syariat ajarkan anak untuk mengingatkan orang tua.

Ajarkan kewajiban agama kepada anak seperti sholat, puasa dll.
    Pendidikan sekarang miskin nilai teladan dan tugas orang tualah mengajarkan di rumah dan memulainya sedini mungkin.
    Semoga bermanfaat.


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Saudaraku, silahkan saran dan komentarnya :

    Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. - QS. Al-Jatsiyah: 23