Sabtu, 17 April 2010

Catatan Arti sebuah janji

Ust. Ani Kartika mengawali kajian ini dengan mengatakan : 
Menepati janji itu terkait dengan keimanan seseorang
Janji yang paling utama harus kita tepati adalah janji kita kepada Allah sebagaimana tertulis dalam ayat 172 QS Al A'raf :
 
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ


[7 : 172] Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Rabbmu. Mereka menjawab: Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb).



Bahwa sebelum kita lahir kedunia ini, kita telah berjanji bahwa akan mengakui Allah sebagai Rob yang menciptakan, memelihara dan hanya kepadaNyalah kita menyerahkan segala urusan. Jadi ketika kita tidak mena'ati hukum-hukum Allah maka berarti kita telah mengingkari janji kepada Allah...na'udzubillaahi mindzaliik..
Saat berjanji kepada manusia kita sering berucap : Insya Allah. Ini berarti kita telah berjanji kepada Allah untuk menepatinya. 

Diingatkan pula bahwa setiap janji akan diminta pertanggungjawabannya seperti yang tertulis diakhir ayat 17 QS. Al Israa' disebutkan :

وَلاَ تَقْرَبُواْ مَالَ الْيَتِيمِ إِلاَّ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُواْ بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْؤُولاً

[17 : 34] Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya

Kita selalu ingat bila janji itu sesuatu yang besar, namun kita sering lupa pada janji yang kecil. Seperti janji penulis pada seorang sahabat untuk memberikan CD Murottal Al Ghomidy yang tertunda 2 minggu lebih karena lupa.

Rasulullah bersabda :  bila kita berjanji tetapi tidak berniat menepatinya maka kita akan hancur. 

Janji kita pada profesi pun harus kita tepati. Janji seorang HAKIM, QADI, DOKTER dll. Seorang muslim harus punya Integritas dengan menepati janji.
Bila bersumpah dengan nama Allah, maka Allah akan selalu melihat dan menyaksikan setiap tingkah laku kita.

Jangan pernah berputus asa. Lihat contoh Nabi Nuh, yang telah berdakwah selama 500 tahun namun hanya memiliki puluhan orang pengikut saja. Yang beliau ajarkan : 
- beribadah kepada Allah
- tidak menyekutukan Allah
- tidak menginginkan sesuatupun pada manusia

Sering kita lupa pada Allah. Contohnya : saat anak sakit. Ketika anak panas demam, yang repot kita cari adalah obat, ke dokter dll. padahal walau secanggih apapun obatnya, anak sembuh adalah karena Allah semata. Jadi yang kita lakukan terlebih dahulu bila anak sakit adalah berdoa kepada Allah mohon kesembuhan dari Nya.
Isilah hati dengan Allah, menepati janjipun karena Allah.

Sesungguhnya orang yang tidak menepati janji, beda tipis dengan Iblis yang memiliki sifat munafik. Ciri orang munafik ada 3 :
- bila berbicara, dusta
- bila berjanji, ingkar
- bila dipercaya, khianat

Jangan sampai salah satu atau semua dari ciri tsb ada dalam diri kita.

Ada pula larangan dalam berjanji :
1. Jangan berjanji dengan anak kecil
2. Jangan berjanji yang merusak diri sendiri, misalnya kalau dapat rezki akan berenang dikali kotor.

Bila janji tidak ditepati maka perlu membayar denda / kafarat. Bila janji yang dilanggar itu merupakan syariat maka dendanya : memberikan 60 orang.

Berjanjilah dengan janji yang akan meningkatkan keimanan kita.
Wallahu a'alam bisshowwab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saudaraku, silahkan saran dan komentarnya :

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. - QS. Al-Jatsiyah: 23